ARSITEKTUR UIN ALAUDDIN MAKASSAR



Filosofi logo

      Logo diatas Secara umum terlihat seperti menggambarkan lambang perdamaian (peace)
Lambang peace secara universal maknanya adalah perdamaian, dalam logo ini sendiri dimaknai sebagai solidaritas karena dengan solidaritas atau kebersamaan maka kita akan tetap damai.
Logo diatas juga sekilas terlihat seperti sebuah rumah atau bangunan yang merepresentasikan arsitektur itu sendiri. Terlihat dengan adanya bentuk menyerupai timpa’laja yg merupakan ciri atap rumah tinggal bugis-makassar.

Arti warna:
HIJAU DAUN : pada timpa’laja pertama melambangkan Islam dan Lingkungan; senantiasa HMJ Arsitektur untuk tetap berpegang teguh pada ajaran Islam serta menjaga dan melestarikan Lingkungan sekitar sebagai aplikasi dari ajaran Islam itu sendiri.

HITAM : pada timpa’laja kedua melambangkan Teknik, Misteri dan Pemberontakan; perpaduan Hijau dan Hitam; Arsitektur dan Islam akan menjadi sebuah misteri dengan ini manusia dengan akal fikirannya akan terus mencari tahu dan otomatis pengetahuannya tersebut akan terus berkembang pula, utamanya manusia akan lebih mengingat Allah SWT. Sedangkan pemberontakan dalam tanda kutip dimaknai bahwa mahasiswa adalah golongan intelektual yang memiliki paradigma berfikir Rasional, Analitis, Kritis, Universal dan Sistematis sehingga dari landasan berfikir tersebut diharapkan lahir ide-ide atau gagasan baru yang Inovatif.

 COKELAT : pada segi empat melambangkan Tanah dan Bumi, artinya bahwa tanah adlah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Dan Bumi sebagai tempat berpijak dan terpenting kita harus ingat bahwa bahan bangunan itu berasala dari alam agar kita selalu mensyukuri pemberian Tuhan.


PUTIH : pada tulisan HMJ melambangkan Kesucian dan Kebersihan, diharapkan himpunan ataupun mahasiswa untuk senantiasa menjaga kesucian lembaga (tetap pada idealisme) dan kesucian hati. Arsitektur harus bersih agar lebih menonjolkan estetika.


Gambar timpa’laja yang berwarna hijau menunjukan tiga arah yang melambangkan TRIDHARMA Perguruan tinggi yaitu:
1.Penelitian
2.Pengembangan
3.Pengabdian Masyarakat.


Gambar timpa’laja yang berwarna hitam menunjukan tiga arah yang melambangkan tiga kecerdasan manusia yaitu:
Kecerdasan Intelektual (IQ),
Kecerdasan Emosional (EQ), dan
Kecerdasan Spiritual (SQ).






Gambar segi empat melambangkan 4 dimensi yaitu:
Ke-Islaman
Ke-Ilmuan
Ke-Organisasian
Ke-Mahasiswaan


Makna huruf yang digunakan (Font)
Impact, pada tulisan Himpunan Mahasiswa Jurusan : dalam kamus bahasa Inggris Impact berarti pengaruh yang kuat.
      HMJ ini akan memberikan pengaruh yang kuat baik terhadap jurusan, fakultas dan tingkat universitas.

Future Md BT,pada tulisan ARSITEKTUR : dalam kamus bahasa Inggris Future berarti masa depan.  Masa depan arsitektur akan cerah dan lebih modern mengikuti perkembangan zaman.

Kesimpulan makna huruf dari HMJ ARSITEKTUR : di Masa kapanpun Arsitektur akan memiliki pengaruh atau peran yang sangat kuat bagi kelangsungan hidup manusia.


Kesimpulan makna :
Himpunan Mahasiswa Jurusan Arsitektur dengan berpegang teguh pada ajaran Islam, menjalankan tridharma perguruan tinggi yang berlandaskan pada 4 dimensi maka arsitektur tak akan pernah mati dan akan selalu menjadi lembaga kemahasiswaan yang memberi pengaruh yang kuat.




OLEH : TAUFIQ ALWI 05

PENDAKIAN GUNUNG BAWAKARAENG

STARTING POINT PENDAKIAN gn.BAWAKARAENG.
pendakian dimulai dari starting poin yang terletak tidak jauh dari rumah warga di desa lembanna, di starting poin ini terdapat petunjuk rute pendakian bawakaraeng, letak starting poin ini berada dekat dengan hamparan kebun.
 ....


 POS 1 
Dari Pos 1 yang ketinggian mencapai 1718 Mdpl, pendakian terus landai hingga mencapai Pos 2, Perjalanan terus hingga mencapai pos 2 ini di perlukan waktu tidak lebih dari 1 jam, perjalanan disini terdapat mata air yang mengalir, perjalanan belum terlalu mendaki dan masuk vegetasi hutan khas Sulawesi.
......

 
 POS 2 - POS 4
pendakian dari pos 2 menuju pos 3 tidaklah terlalu jauh, hanya sekitar 45 menit. menuju pos 4 waktu dan jarak tempuh tak berbeda dengan sebelumnya, di pos 4 juga terdapat sumber air dan dapat mendirikan tenda.
...... 


POS 5
perjalanan di lanjut hingga Pos 5, di pos 5 terdapat mata air, hanya saja lumayan jauh.  Pos 5 di tempuh 1 jam perjalanan dari pos 4. di pos 5 biasanya digunakan oleh para pendaki untuk istirahat (menginap) kemudian pada pagi hari dilanjutkan lagi menuju pos 6.
..

(mendirikan tenda)
 
 (packing dari pos 5)

 (foto bersama sebelum lanjut)

 perjalanan dari pos 5 menuju pos 6 mulai mendaki dan sepanjang perjalanan akan melewati pohon - pohon yang tumbang karena dari Pos 5 – 6, hutannya habis terbakar, kalau mendaki malam hari sebaiknya berhati - hati, karena disini biasanya pendaki sering tersasar, karena jalur tak begitu terlihat.
......

 POS 6
Ketika tiba di Pos 6, perjalanan masih melalui hutan yang lumayan lebat, perjalanan terus melandai dan mulai mendaki dan hutan mulai menghilang berganti vegetasi hutan yang berbeda.

 (pendakian menuju pos 7)

 Pos 6 ke Pos 7 akan melewati hutan lebat perjalanan terus dan mendaki dan mulai berganti vegetasi hutan yang berbeda dan diperkirakan memakan waktu 2 jam akan tiba di Pos VII.
...
 (tiba di pos 7)

Di Pos 7 pemandangan sangat indah dan lumayan terbuka. Dipos 7 inilah yang sering terjadi badai.
 (pemandangan senja dari pos 7)
....
Pos 7 ke Pos 8 disinilah sering terjadi badai dan juga jalur yang naik turun melewati dua titik puncak yang ketinggianya 2700 mdpl,di sepanjang jalur dengan jarak 1390m ini terdapat 2 kuburan dan ada pula In - memoriam pendaki yang tewas, perlu dicatat pula bahwa jalur dari pos 7 menuju pos 8 ini lumayan lebih berat dari jalur-jalur pos sebelumnya, dan setelah melewati 2 bukit yang punya ketinggian rata - rata 2700 Mdpl, jalur akan menurun dan tiba di Pos 8, disini tersedia mata air, dan biasanya pendaki bermalam disini baru keesokan paginya menuju puncak Bawakaraeng.
.... 
(potret jalur 7-8)
 (team work)

(istirahat doeloe)

(ewako !!)
.......



 (pos 8)

tiba di pos 8 untuk mendirikan tenda + makan malam untuk selanjutnya perjalanan dilanjutkan pada pagi hari menuju pos 9 - pos 10.

 (pagi hari pos 8)
....
selanjutnya Pos 8 ke Pos 9 mulai menanjak melewati hutan basah dan lebat dan diperjalanan ini kita dapat melihat lokasi pasca longsor yang terjadi pada 2004 silam. Setelah melewati padang savana dan ada kebun Edelweis maka akan Pos 9 di tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan, di pos 9 juga bisa digunakan untuk mendirikan tenda. setelah itu diteruskan menuju Pos 10, pos 10 adalah Puncak Gunung Bawakaraeng. Untuk mencapai puncak Bawakaraeng, tidaklah terlalu sulit, walaupun sedikit mendaki. Setelah menempuh kurang lebih seper dua jam perjalanan.
....
 (trangulasi pos 10/puncak Gn. bawakaraeng)


 potret puncak





"Puncak bukanlah tujuan utama, kembali ke rumah dengan selamat adalah tujuan utama"

see you at next trip...





BARRU

Sejarah

Kabupaten Barru lahir berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tk. II di Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru terbagi dalam 7 Kecamatan dan 54 Desa/Kelurahan. Sebelum dibentuk sebagai suatu Daerah Otonom berdasarkan UU No. 29 Tahun 1959 pada tahun 1961, Daerah ini terdiri dari 4 Wilayah Swapraja didalam kewedanaan Barru Kabupaten Pare-Pare lama, masing-masing Swapraja Barru Swapraja Tanete, Swapraja Soppeng Riaja dan bekas Swapraja Mallusetasi, Ibu Kota Kabupaten Barru sekarang bertempat di bekas ibu Kota Kewedanaan Barru. Dari sejarahnya, sebelum menjadi daerah-daerah Swapraja pada permulaan Kemerdekaan Bangsa Indonesia, keempat wilayah Swapraja ini merupakan 4 bekas Selfbestuur didalam Afdeling Pare-Pare masing-masing :
  1. Bekas Selbesteuur Mallusetasi yang daerahnya sekarang menjadi kecamatan MalluseTasi dengan Ibu Kota Palanro. Adalah penggabungan bekas-bekas Kerajaan Lili dibawah kekuasan Kerajaan Ajattapareng oleh Belanda sebagai Selfbestuur, ialah Kerajaan Lili Bojo dan Lili Nepo.
  2. Bekas selfbestuur Soppeng Riaja yang merupakan penggabungan 4 Kerajaan Lili dibawah bekas Kerajaan Soppeng (Sekarang Kabupaten Soppeng) Sebagai Satu Selfbestuur, ialah bekas Kerajaan Lili Siddo, Lili Kiru-Kiru, Lili Ajakkang, dan lili Balusu.
  3. Bekas Selfbestuur Barru yang sekarang menjadi Kecamatan Barru dengan lbu Kotanya Sumpang Binangae yang sejak semula memang merupakan suatu bekas kerajaan kecil yang berdiri sendiri.
  4. Bekas Selbestuur Tanete dengan pusat Pemerintahannya di Pancana daerahnya sekarang menjadi 3 Kecamatan masing-masing Kecamatan Tanete Rilau, Kecamatan Tanete Riaja, Kecamatan Pujananting
Nilai Budaya
Kabupaten Barru adalah merupakan salah satu Daerah di Sul-Sel yang rnemiliki Obyek Budaya yang cukup banyak. Rumah adat Saoraja Lapinceng merupakan salah satu peninggalan sejarah/budaya masa lalu, rumah ini di buat pada tahun 1895 pada masa pemerintahan Raja Balusu Andi Muhammad Saleh Dg.Parani yang digelar Petta Sulle. Hal ini dilatar belakangi oleh banyaknya tokoh pejuang kemerdekaan yang ditakdirkan lahir dan hadir di wilayah ini.Obyek sejarah tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Makam WE PANCE TANAH, Makam WE TENRI OLLE, Makam LAMADDUSSILA di Desa Pancana Kecamalan Tanete Rilau. Makam WE TENRI LELEANG. Makarn PETTA PALLASE LASEE. Masjid tua Lalabata Desa Lalabata Kecamatan Tanete Rilau. Makam H. Muh. Fudail di Sumpang binangae Kec Barru. Monumen Garongkong dan Kompleks makam tanah MARIDIE Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru. Rumah adat LAPINCENG Desa Balusu Kecamatan Balusu. Monumen Paccekke Desa Paccekke Kecamatan Soppeng Riaja Kompleks Makam LAGONGGO Kelurahan Mallawa, Kompleks Makam AGUNG NEPO Kecamatan Mallusetasi.

Potensi Wisata
Mempunyai potensi wilayah yang dapat dikembangkan yaitu wisata pantai/bahari, wisata alam dan wisata budaya/sejarah. Obyek wisata baharinya berada pada daerah-daerah pesisir pantai dan pulau-pulau di Kabupaten Barru yang memiliki taman-taman laut yang cukup indah disertai dengan pasir putih. Pantainya antata lain Pantai Tanjung Butung dan Pulau Putianging yang berada di Desa Lasitae Kecamatan Tanete Rilau. Juga Ada Pantai Lemoe uiung batu di Kelurahan Sumpang Binangae, Kecamatan Barru. Pantai pulau Pannikiang di Desa Madello Kecamatan Balusu, Pulau Dutungnge, Pulau Bakki di Kelurahan Palanro, Kecarnatan Mallusetasi. Pantai lainnya Pantai Kupa dan Taman Laut Mallusetasi serta Pantai Labuangnge dan Batu Mallopie di Kelurahan Bojo Baru, Kecarnatan Mallusetasi. Untuk wisata alam umumnya berada pada daerah pegunungan yang memiliki sumber air yang cukup banyak disertai panorama alam yang indah dihiasi dengan pepohonan yang rindang. Obyek wisata tersebut antara lain Air terjun Wae Saie dan batu Mallopie di Kelurahan Lompo Riaja Kec Tanete Riaja, Lembah Harapan di Desa Harapan Kecamatan Tanete Riaja.

Air Terjun Bantimurung dan panorama alam Jempulu Desa Pujananting Kecamatan Pujananting. Sungai Bottoe Kec. Tanete Rilau, Air terjun lembah Pangi Desa Tompo Kec. Barru Bumi perkemahan Lajulo Indah Kelurahan Tuwung Kecamatan Barru.

Sumber air panas Kalompie Desa Galung Kecamatan Barru. Permandian Waeng Pubbu, Goa Tegenra di Desa Madello Kecamatan Balusu. Panorama alam Paccekke, Desa Paccekke Kecamatan Soppeng Riaja. Bujung Mattimbawae di Desa Nepo dan kegiatan ekowisata di Kupa Kecamatan Mallusetasi.
Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang memiliki Obyek Wisata Sejarah yang cukup banyak. Rumah adat Saoraja Lapinceng merupakan salah satu peninggalan sejarah/budaya masa lalu, rumah ini di buat pada tahun 1895 pada masa pemerintahan Raja Balusu Andi Muhammad Saleh Dg. Parani yang digelar Petta Sulle.
Hal ini dilatar belakangi oleh banyaknya tokoh pejuang kemerdekaan yang ditakdirkan lahir dan hadir di wilayah ini. Obyek sejarah tersebut dapat dilihat Makam We Pance Tanah, makam We Tenri Olle, Makam Lamaddussila di Desa Pancana Kecamatan Tanete Rilau.
Makam We Tenri Leleang, makam Petta Pallase Lasee, Masjid tua Lalabata di Desa Lalabata Kecamatan Tanete Rilau., makam H. Muh. Fudail di Sumpang Binangae Kec Barru. Monumcn Garongkong dan Kompleks makam tanah Maridie di Kelurahan Mangempang Kecamatan Barru.
 Rumah Adat Lapinceng di Desa Balusu Kecamatan Balusu. Monumen Paccekke Desa Paccekke Kecamatan Soppeng Riaja, kompleks Makam Lagonggo di Kelurahan Mallawa serta kompleks makam Agung Kepo di Kecamatan Mallusetasi.

celebes canyon Celebes Canyon terletak di Sungai Ule yang masuk dalam wilayah Desa Libureng, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru yang berjarak sekitar 100 km dari Makassar.Celebes Canyon sendiri adalah tebing-tebing batuan yang tersusun alami dipinggiran Sungai Ule yang terlihat begitu indah. Apalagi jika dipadukan dengan aliran air sungai yang bersih yang ada ditempat ini akan semakin menambah keeksotisan dari Celebes Canyon. Banyak orang yang mengatakan bahwa Celebes Canyon ini mirip dengan pemandangan Grand Canyon yang ada di Amerika Serikat.

HUNIAN VERTIKAL, Untuk siapa ?

sumber gambar : mumbailive.com secara fundamental, pembangunan hunian vertikal pada kawasan perkotaan adalah suatu bentuk penataan ruan...